Rabu, 06 Agustus 2014

Puisi wanita yang di KDRT.

ketika malam mulai menyelimuti dingin tubuhku
ketika sayup-sayup angin kemarau menerpaku
bagai telanjang ditengah pantai
ini terasa bagai hembusan angin ditepi lautan
namun ini badai ditengah-tengah nya

aku tak pernah berfikir
bahkan membayangkan pun tak sempat
kekerasan suami lebih keras dari batu
kekerasan tangan nya yang kuhormati
bagai luka batin yang bernanah
bagai kecacatan seumur hidupku

jangan tanyakan pendapat padaku
jangan tanyakan pendapat tentang suami pada ku
karena aku pernah berpendapat
bahwa suami adalah pelindung
teduh hujan saat kemarau
dingin panas saat salju
itulah pendapatku tentang suami
DULU

seandainya aku boleh untuk meminta
seandainya aku boleh untuk memutar kembali waktu
aku ingin hidup disatu waktu
dimana kau melamarku
dimana kau mengucapkan janji suci mu
dimana kau takan memukulku
dimana kau masih menyayangiku
dimana wajahku masih cantik
dimana tubuhku masih indah
dimana aku masih wanita sempurna

seandainya kau berada dititik terendah aku takan meninggalkanmu
bahkan jika kau tak dapat memberi THR padaku
tak dapat membelikan aku gaun
tak dapat mengajakku jalan-jalan
diri ini pasti akan tetap kuat
diri ini pasti akan memperlakukanmu dengan lembut

tapi tangan mu yang kucium saat pagi hari
dan kucium kembali saat sore hari
bagai aku sangat menghormati seorang suami
tapi tangan itu
aku takan percaya lagi
aku tak perlu lagi
aku sudah punya gambaran tangan itu
dipipi ku

bagaimana aku bisa memperlakukan mu dengan lembut
sedangkan kau ajarkan kekerasan padaku
sedangkan kau ajarkan luka bernanah padaku

aku takan mempercayaimu lagi
aku telah kecewa padamu

kamu lelaki yang kubanggakan diluar
tapi memperlakukan aku bagai budak
bukan istri

kamu boleh saja memukulku
kamu boleh saja menamparku
kamu boleh saja lakukan kekerasan padaku
tapi jangan bawa nama cinta dihadapanku
karena cinta takan begitu
itu bukan cinta
itu egois mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar